Senin, 21 November 2022

Mutasi Masuk Kendaraan di Samsat Kabupaten Bogor

Halo, semoga kabar baik semua.

Kali ini sy mau cerita proses mutasi masuk motor pribadi di Samsat Kabupaten Bogor.

Siap2 karena ceritanya agak panjang ;), tp saya memutuskan untuk sharing pengalaman ini karena sepertinya akan sangat membantu bagi yg sama sekali belum pernah melakukan proses ini untuk kendaraannya khususnya di Kab Bogor.

Yg diceritakan di sini adalah sejauh yg saya bisa ingat. Jadi kalau ada yg saat menjalani agak2 beda mohon dimaafkan, tapi secara garis besar ini akan membantu teman2 untuk ada bayangan seperti apa prosesnya.

Proses yang akan saya ceritakan di sini adalah dengan situasi berikut:

1. Motor atas nama Istri saya, berplat Yogyakarta, posisi motor di Kab. Bogor tempat saya tinggal.

2. Akan dimutasi ke Kab Bogor, tanpa perubahan nama pemilik.

3. Sudah waktu untuk perpanjangan STNK 5 tahunan

Secara garis besar ada 2 proses yg harus dilakukan, yaitu proses cabut berkas di Samsat asal (Yogya) dan proses mutasi masuk di Samsat Bogor.

1. Poses Cabut Berkas

Proses cabut berkas di Samsat asal dimulai dengan cek fisik. Karena posisi motor ada di Bogor, saya dapat melakukan proses cek fisik di Bogor tanpa harus membawa motor ke Yogya. Proses ini disebut cek fisik bantuan. Saya melakukannya di Samsat Kabupaten Bogor.

1.a. Cek Fisik bantuan di Samsat Kab Bogor

Saya lupa harinya, tp hari kerja, pagi hari motor saya bawa ke Samsat Kab Bogor sambil membawa BPKB asli, STNK asli dan KTP istri saya (dalam Map). Pemilik motor nggak perlu ikut. Tiba di Samsat, sekitar jam 8 pagi, langsung mengantri ke Bagian Cek Fisik, lokasinya di area parkir mobil dan motor.

Sampai tempat cek fisik, sy mengantrikan motor saya di barisan tempat cek fisik. Jam segitu sudah sangat ramai. Ada beberapa petugas cek fisik, dan perlu cari2 posisi antrian motor yg paling pendek. Saat itu ada petugas yg membantu mengarahkan posisi antrian. Tiba giliran cek fisik, setelah ngantri kurang dari 30 menit, sy sampaikan tujuan cek fisik, yaitu untuk cek fisik bantuan dan menyerahkan surat2 kendaraan ke petugas Samsat.

Lalu petugas menggesek mesin dan rangka lalu mengisi semacam form lalu saya difoto bersama motor.

Setelah itu petugas Samsat mengembalikan surat2 bersama form yang sudah diisi, dan saya diminta membawa berkas ke loket verifikasi yang posisinya di lantai basement, pintu masuk di sisi gedung Samsat yg berlawanan dengan posisi cek fisik.

Jadi motor langsung sy parkir di parkiran motor, dan sy langsung ke loket verifikasi. Berkas2 saya serahkan ke loket verifikasi, lalu menunggu dipanggil.

Saya lupa berapa lama menunggu, mungkin sekitar 10-15 menit, seorang petugas memanggil, berkas saya terima dan proses Cek Fisik Bantuan selesai.

1.b. Proses Cabut Berkas di Samsat asal

Proses ini dilakukan di kota asal (Yogyakarta). Untuk yang ini kami dibantu orang tua kami (posisi di Yogya) yg berbaik hati membantu mengurus proses ini di Samsat di Yogyakarta. Jadi berkas Cek Fisik Bantuan tadi beserta BPKB, STNK dan KTP asli saya kirim ke orang tua kami.

Jadi, untuk tahap yang ini saya skip ya. Yang pasti, setelah sekitar 3 minggu berkas mutasi sudah dikirim dari Yogya ke rumah kami.

2. Proses Mutasi Masuk di Samsat Kab. Bogor

2.a. Cek fisik

Proses mutasi masuk di Samsat Kab Bogor juga dimulai dengan Cek Fisik. Kali ini saya datang ke Samsat di hari Sabtu di sekitar jam 8 pagi. Dan ternyata antrian cek fisik jauh lebih sedikit. Sy dpt giliran ke-2 dan proses selesai setelah sekitar 5 menit. 

Setelah parkir motor, berkas kemudian sy bawa ke loket Mutasi, letaknya di Gedung Samsat, masuk dari pintu utama. Berkas diserahkan ke loket Terima berkas Mutasi Masuk, lalu menunggu giliran dipanggil. Setelah giliran datang, sy menerima kembali berkas mutasi, lalu diminta fotokopi berkas mutasi di tempat fotokopi yang sudah ditentukan, letaknya di basement masuk lewat sisi yg berlawanan dg pintu masuk utama. Tempat fotokopi itu sudah mengerti apa yg harus difotokopi dan berapa banyak. Jadi kita tinggal serahkan saja berkasnya ke pelayan fotokopi.

Setelah fotokopi selesai, semua berkas dibawa ke Bagian Mutasi (ini beda dengan loket Mutasi tadi ya), tempatnya masih di area kios fotokopi. Sampai di bagian mutasi, berkas saya serahkan ke petugas yg duduk dekat pintu masuk, lalu keluar menunggu dipanggil.

Setelah giliran saya tiba, sy menghadap petugas. Petugas menyerahkan semacam tanda terima berkas, dan dijelaskan bahwa berkas akan diproses dulu dan saya perlu kembali seminggu kemudian untuk proses selanjutnya. Lalu petugas meminta biaya mutasi sebesar 220 ribu, hanya menerima tunai. Setelah bayar sy meminta kuitansi tanda terima, lalu pulang.

2.b. Proses mutasi masuk lanjutan

Sesuai saran petugas Mutasi, seminggu kemudian, sy datang di hari Sabtu pagi, membawa lembaran yg diterima dari petugas Mutasi. Lembaran saya serahkan ke loket Ambil berkas Mutasi Masuk, di area yg sama dengan tempat penyerahan berkas mutasi masuk. Lalu menunggu giliran.

Setelah dipanggil, saya diberi berkas mutasi, lalu diminta mengambil formulir di loket depan dekat pintu masuk, mengisi form, lalu diserahkan ke loket BBN 2. BBN singkatan dari Biaya Balik Nama. Benar, walau saya nggak urus balik nama, berkas tetap diserahkan ke loket tersebut. Seperti biasa, menunggu dipanggil. Setelah dipanggil, saya menerima lembaran kecil yg sudah diisi dengan nomer kendaraan yg baru, BPKB dikembalikan ke saya, lalu diminta menunggu di depan Kasir 4 (dekat loket BBN 2) untuk pembayaran biaya2.

Kasir 4 ini hanya menerima pembayaran tunai, jadi opsinya adalah: 

a. Opsi 1: sebelum ke Samsat menyiapkan sejumlah cash. Saya ngggak paham harus menyiapkan berapa. Kebetulan sekali saat itu sy bawa cash yg jumlahnya pas.

b. Opsi 2: Menunggu dipanggil kasir, diberitahu jumlah yg harus dibayar, lalu ke ATM di depan gedung Samsat untuk ambil uang, lalu kembali ke kasir.

Setelah bayar di kasir 4, sy pindah ke loket tempat menerima STNK baru tanpa bawa apa2, tinggal nunggu dipanggil. Mungkin sekitar 15 menit, sy terima lembaran STNK baru.  Dari sini lembaran STNK dibawa ke loket penerimaan plat kendaraan yg baru Letaknya di ruangan yg sama dengan loket verifikasi. 

Lembaran diserahkan ke petugas loket, STNK asli dicap dan dikembalikan, lalu menunggu dipanggil untuk ambil plat baru.

Di sini yang dipanggil adalah nomer kendaraannya, jadi ingat2 nomer kendaraan yg barunya. Setelah Plat baru diterima, proses di Samsat selesai. 

Dari sini ada 1 proses terakhir, yaitu legalisir BPKB, dilakukan di bagian BPKB di Polres Bogor, letaknya di jalan raya Pemda Kab Bogor, gedungnya agak di belakang, dekat fotokopi.

 2.c. Legalisir BPKB di Polres 

Persyaratan yg perlu dibawa: 

1. BPKB asli

2. Copy STNK dan Copy KTP (yg mengurus), disarankan fotokopi di tempat fotokopi di polres karena mereka sudah tahu apa yg perlu dicopy dan berapa banyak. 

Lalu serahkan BPKB asli dan copy STNK dan KTP ke loket BPKB, lalu menunggu dipanggil.

Saat menghadap, petugas menjelaskan prosesnya, intinya prosesnya 3-4 minggu, lalu diserahkan lembar kecil tanda terima yg ada tanggal kapan kita harus ambil. Boleh diambil siapa saja asalkan membawa lembar tersebut.

Nah, cerita berhenti sampai di sini karena saya baru akan ambil di pertengahan bulan depan.

Semoga bermanfaat.

Salam

Cibinong

21 November 2022

 


Sabtu, 14 Mei 2016

On Toothpaste

Tentang sikat gigi dan pasta gigi
 toothpastecartoon toothbrush

Ini penting gak ya? Kaya nggak penting. Tapi...mungkin ada gunanya. Mudah2an ada gunanya....

Ini salah satu hal yg udah lama ada di pikiran dan udah lama dipraktekkan.

Tentang kebiasaan nyikat gigi. Ada apa dg kebiasaan nyikat gigi? Saya berhenti pakai pasta gigi sejak tahun 2009. Jadi, udah sekitar 7 tahun menyikat gigi tanpa pasta gigi. Apa alasannya? Ada beberapa hal yg jadi sumber inspirasinya.

Pertama adalah waktu salah satu dosen farmasi saya pernah mengungkapkan keraguannya tentang manfaat suatu zat tertentu dalam pasta gigi. Dosen saya saat itu ragu apakah kadarnya pas, dan apakah lama menyikat gigi kita sudah cukup untuk zat tersebut dapat diserap oleh gigi kita, atau, apakah memang begitu caranya kalau ingin memenuhi kebutuhan nutrisi untuk gigi kita.


Terlepas dari apakah pertanyaan tersebut valid atau nggak, keraguan dosen saya itu kemudian jadi pertanyaan saya juga. Sebenernya pasta gigi ada gunanya nggak ya?

Sumber inspirasi kedua adalah pengalaman melihara kucing sejak saya kecil sampai hari ini. Jadi kalau memperhitungkan umur saya yang sudah pertengahan 30an, dan mungkin mulai menyentuh kucing sejak umur 5 tahun, maka pengalaman saya memelihara kucing itu udah 30 tahun.

Kalau rata2 kucing yang dipelihara berusia 5 tahun, maka ada 6 generasi kucing. Dan bila tiap generasi ada sekitar 3 ekor (maksudnya kucing dengan bagian tubuh yang lengkap yaaa, bukan ekornya aja), berapakah jumlah kucing yg pernah saya pelihara? Anda bisa jawab?

Cat Yawning

Jawabannya: ada sekitar 18 ekor kucing yang pernah kami pelihara. Anda yang merasa jawabannya benar tidak dapat hadiah apa2.

Sedikit sebenernya, tapi ada fakta menarik, seingat saya kucing2 itu giginya putih2, padahal ga ada satu pun kucing saya yg pernah saya amati sedang sikat gigi, apalagi pakai pasta gigi. Jadi mereka nggak butuh sikat gigi, apalagi pasta gigi, untuk membuat giginya tetap putih. Yang sering saya perhatiin adalah mereka (maksudnya: kucing2 itu) py kebiasaan membersihkan mulutnya pakai lidah mereka sendiri setiap selesai makan.


Douglas gasping

Sebagian pembaca mungkin sudah tahu kalau permukaan lidah kucing itu kasar, dan tampaknya memang cukup efektif membersihkan sebagian besar bagian tubuhnya. Tapi pasti nggak akan efektif membersihkan sela2 gigi mereka.

 cute-n-nautee

Jadi, saya curiga, ssssttt....jangan-jangan....sebenernya...kita...nggak perlu pasta gigi...ssssstttttt....( :) agak lebai yaa?)

Inspirasi berikutnya adalah ketika SMA. Saya pernah coba ikuti anjuran sikat gigi yang benar, yaitu setiap sehabis makan dan sebelum tidur (yang saat ini sepertinya sudah berubah menjadi-mohon koreksi bila salah- 'minimal satu kali setiap hari sebelum tidur'). Saat itu sy benar2 berhasil memutihkan gigi saya, bahkan ketika sy ga selalu pakai pasta gigi (kadang ada pasta gigi yg terlalu 'pedes', jadi males makenya).

Tapi itu hy berlangsung ga lebih dr 2 tahun. Sejak kuliah mulai males lagi sikat gigi, dan sampai sekarang targetnya adalah minimal sekali sehari. Jadi gigi saya sekarang nggak putih, agak kekuningan, tapi terakhir ke dokter gigi, katanya gigi saya kondisinya bagus. Tapi intinya, pengalaman itu mengingatkan saya kalau tingkat kerajinan menyikat gigi berperan penting memutihkan gigi, walau tanpa pasta gigi, apalagi pasta gigi yang ada pemutihnya.

Sumber inspirasi berikutnya adalah ketika pasta gigi tanpa deterjen mulai bertambah banyak iklan dan jenisnya. Kesannya, deterjen dalam pasta gigi itu nggak baik untuk kesehatan mulut. Saat ini sy belum tertarik membahas apakah deterjen baik/tidak untuk kesehatan mulut, tapi hanya ingin share kesimpulan sementara kalau deterjen dalam pasta gigi itu sebenernya nggak ada jg gpp.



Iklan dan produk2 pasta gigi tanpa deterjen itu sebenernya mengatakan kalau pasta gigi itu nggak mesti ada deterjen supaya gigi kita bisa tetep sehat. Percaya nggak...?

Lalu muncul produk pasta gigi khusus untuk gigi sensitif. Gigi sensitif maksudnya bukan  gigi yg mudah tersinggung yaa, tapi gigi yang 'nggak kuat' dipakai makan/minum yg terlalu dingin/panas misalnya.
Terlepas dari apakah ini cara yg tepat untuk mengatasi gigi sensitif atau nggak, dokter gigi lebih tahu, saya hy ingin share ide bahwa gigi akan sehat kalau tubuh kita sehat, artinya pasokan nutrisi yg dibutuhkan gigi sampai ke gigi dengan selamat dan dalam jumlah yg cukup. Artinya, kesehatan gigi kita sangat tergantung pada gaya hidup kita.

Nggak bermaksud bahas soal gaya hidup, tapi ide lain yg ingin saya bagi adalah, kalau ada masalah dg salah satu bagian tubuh kita, coba pertimbangkan untuk melihat kembali gaya hidup kita dan mulai evaluasi dari situ. Gangguan pada salah satu bagian tubuh kita mungkin disebabkan karena gaya hidup kita yang nggak sehat. Misalnya, komposisi nutrisi makanan kita yang nggak seimbang sehingga kebutuhan nutrisi badan kita nggak terpenuhi.

Nah, akhirnya sampai ke satu hal lain yg juga mudah2an ada gunanya untuk dishare, yaitu memakai sikat gigi ukuran yg pas untuk ukuran mulut kita. Bukan karena mulut saya kecil, dan bukan karena saya suka warnà dan bentuk sikat gigi anak2 yang warna warni dan kadang ujungnya berbentuk helokiti, saya pakai ukuran anak2 karena ukuran itu yg bisa menjangkau seluruh gigi sampai gigi geraham yg paling ujung. Ini penting supaya semua bagian gigi kita dapat bersihkan sampai ke ujung2.

Tentang teknik menyikat gigi, kita bisa tanya dokter gigi atau cari informasinya di website2 kesehatan.

Jadi, kalau bisa disimpulkan, hal-hal yg menurut paling penting diperhatikan ketika sikat gigi: sikat gigi di waktu yg tepat, dengan frekuensi yg tepat, ukuran sikat yg tepat dan metode yg tepat. Soal pasta gigi, merek, atau jenisnya, rasanya nggak perlu terlalu dipikirkan,...termasuk iklan2nya...

Semoga berguna..... :)
Pertama: Tajur, 14 Mei 2016
Revisi pertama: Paseban,12 Juni 2017

Kamis, 05 Mei 2016

On self confidence

Kadang penasaran, apa ada ya orang yang ngga pernah demam panggung selama hidupnya.....

Demam panggung disini maksudnya bukan naik ke atas panggung lalu suhu badan naik lalu hilang setelah minum paracetamol :)

Sampai saya menginjak kepala tiga....mmmm....tunggu.....kenapa menyebut 'menginjak kepala tiga' terasa kejam ya...? Maksudnya bukan sedang menginjak kepala, apalagi sampai tiga....

Maksudnya, sampai saat ini (usia lebih dari 30 tahun), saya masih mengalami demam panggung ketika tampil di depan banyak orang.

Sejak SMP sampai sekarang, pernah dan masih terlibat di kegiatan yang mau ngga mau memposisikan saya di depan orang banyak, dan sebagian di antaranya adalah kegiatan yang sifatnya rutin.

Waktu SMP pernah jadi misdinar di gereja. Untuk yang ingin tahu, misdinar adalah satu dari beberapa petugas di dalam misa di gereja  Katolik. Tugasnya membantu/melayani imam dalam misa, dan area kerjanya di bagian depan ruang misa. Terkadang rasanya seperti semua umat, terutama yang paling depan, merhatiin, padahal aku yakin ngga :) soalnya, kalau lagi duduk di posisi umat juga aku ngga kepikiran merhatiin misdinar yang lagi bertugas.

Waktu SMP dan SMA  juga kerap kali ditunjuk menjadi pemimpin upacara atau petugas pengibar bendera. 

Ketika sudah bekerja, pernah menjadi lektor di gereja selama beberapa tahun. Juga sama seperti misdinar, lektor adalah salah satu petugas yang ada dalam misa yang tugasnya membaca kutipan kitab suci, atau pengumuman gereja atau membacakan doa, di depan umat. Selain itu, selama ini juga kadang terlibat di paduan suara gereja yang tugas utamanya menjadi dirigen.

Dan saat ini, di tempat saya bekerja, salah satu pekerjaan yang dilakukan adalah mempresentasikan hasil kerja di depan suatu tim yang terdiri dari teman2 seperjuangan, atasan, serta tim ahli dari luar kantor dari universitas dan asosiasi profesi kedokteran terkait.

Jadi, semua kegiatan itu membawa saya pada posisi di depan banyak orang yang sering menimbulkan rasa 'takut'. Tetapi, entah kenapa, kegiatan yang saya ikuti selalu membawa saya pada posisi itu. Padahal saya bisa pilih  kegiatan lain yang nggak perlu pake tampil di depan orang. Semuanya terjadi begitu aja.

Dalam tulisan kali ini saya ngga bermaksud menjelaskan apa itu demam panggung dan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi dari sisi psikologis, karena saya bukan ahli psikologi. Hanya ingin berbagi ide tentang apa yang saya pahami dari rasa 'takut' itu.

Selama bulan November tahun 2015, saya menghadiri 2 acara workshop di luar negeri yang dihadiri oleh perwakilan dari beberapa negara. Pada kedua acara workshop tersebut saya ditugaskan memberikan presentasi. Saya amati bahwa ketika kita sudah membuat persiapan dengan cukup baik sebelum tampil, demam panggung itu sangat berkurang. Ketika kita siap melakukan apa yang harus dilakukan, kita akan merasa lebih percaya diri, dan hasilnya, presentasi dilakukan dengan lebih tenang, dapat berpikir dengan lebih baik dan presentasinya lebih lancar. Banyak kekurangan di sana sini, tapi lumayan lah, setidaknya untuk ukuran saya.

Jadi, pada umur saya yang sekarang, demam panggung terjadi lebih karena ketidaksiapan saya dalam melakukan apa yang harus saya lakukan. Sekitar sebulan sebelumnya, dalam paduan suara di gereja, saya mendapat tugas menyanyikan lagu (solo, bukan 'Solo') di depan umat, dan saat itu saya sudah merasa ngga siap. Dalam perasaan ngga siap saya melangkah ke podium dan memandang tepat ke arah umat berada (yang jumlahnya cukup banyak), dan rasa 'takut' itu jadi bertambah. Perasaan itu membuat nafas saya ngga lancar sehingga nyanyiannya ngga terdengar baik. Jadi pemicu awalnya adalah ketidaksiapan.

Tetapi sebenarnya dalam hal per-demampanggung-an ini, di masa lalu, masa kecil dan masa 'agak besar', ada hal lain yang saya amati menjadi penyebab munculnya rasa 'takut' ketika saya tampil di depan orang banyak. Ada satu hal yang ingin saya share disini, yaitu tentang cara saya memandang diri saya sendiri, cara saya menilai diri saya dan posisi saya di antara orang lain.

Pada masa-masa itu, tanpa disadari, saya membuat ukuran tentang nilai seorang manusia. Tanpa disadari, saya mengukur nilai manusia dari penampilannya (misalnya pakaian, kondisi fisik), dari apa yang dimiliki (seperti uang, rumah, kendaraan pribadi, teman banyak), dan dari apa yang bisa dilakukan (seperti kepandaian, keterampilan, kekuasaan, dan pengaruh).

Tanpa saya sadari, ukuran-ukuran itu saya ukurkan pada diri saya. Saya berasal dari keluarga menengah ke bawah, saya ngga merasa pintar baik di sekolah maupun dalam permainan bersama teman-teman sebaya, dan ngga merasa punya banyak teman.

Kalau diandaikan seperti liga sepak bola, tanpa disadari saya merasa berada di posisi bawah dalam klasemen. Perasaan-perasaan itu membuat saya ngga pede ketika tampil di depan orang banyak. Ada perasaan bahwa saya orang yang ngga penting, orang yang ngga layak diperhatikan, dan orang yang ngga  punya apapun yang bisa berguna untuk orang lain.

Salah satu hal penting yang harus disampaikan disini adalah bahwa semua hal itu sebenernya hanya ada dalam pikiran. Ketika saya mengubah cara menilai diri saya, perasaan-perasaan negatif itu perlahan berkurang.

Ketika SMP, selama tahun ke-3 saya menjadi juara kelas, kemudian saya lulus dengan nilai STTB tertinggi, dan dengan Nilai Ebtanas Murni yang cukup tinggi. Ketika SMA, saya cukup sering jadi juara kelas. Kemudian, saya berhasil masuk ke salah satu universitas terbaik di Indonesia dengan nilai IPK yang nggak jelek-jelek amat.

Saya juga punya keterampilan lain (walaupun biasa-biasa aja) seperti Bahasa Inggris (yang sangat berguna untuk pekerjaan kantor sehari-hari), bernyanyi (sangat berguna di kegiatan gereja ataupun dalam acara dengan teman) dan bermain alat musik (setidaknya berguna untuk menghibur diri sendiri :)).Di tempat kerja, saya mendapat tugas beberapa kali mengikuti pertemuan yang dihadiri perwakilan dari beberapa negara. Di gereja, saya cukup aktif dalam berkegiatan.

Hal-hal di atas ngga dimaksudkan untuk memamerkan kelebihan saya, tetapi lebih untuk mengatakan bahwa saya perlu mengalami hal-hal  itu untuk sadar bahwa saya sebenarnya sama berharganya dengan orang lain.Pengalaman-pengalaman itu membantu saya untuk mengubah cara saya memandang diri saya. Dan dalam konteks 'self confidence', perubahan sebenarnya bukan pada diri saya, tetapi pada cara saya memandang diri saya.

Saya berharga bukan karena hal-hal yang saya sebutkan di atas. Saya berharga karena saya sebenarnya sama dengan sesama saya apapun latar belakang, kemampuan, kekayaan ataupun status lain yang dilekatkan pada saya.

Bukan untuk mengatakan bahwa orang harus memiliki harta, intelektualitas, keterampilan dan kemampuan dulu agar bisa memiliki kepercayaan diri ketika berada bersama orang lain. Tetapi untuk mengatakan bahwa menyadari fakta bahwa kita adalah sesama manusia, mestinya cukup untuk membuat kita memiliki kepercayaan diri ketika ada bersama dengan orang lain.

Dan karena kita merasa sama berharga dengan orang lain, maka ngga bisa ngga, kita pun akan dengan sendirinya belajar untuk menghargai orang lain.

Kesadaran bahwa kita sama berharganya dengan orang lain punya peran besar dalam menumbuhkan 'self confidence' dalam diri, dan kesadaran itu juga berperan besar dalam menumbuhkan penghargaan terhadap orang lain.

Cilebut, 5 Mei 2015
Edit pertama 12 Juni 2017

Minggu, 11 Oktober 2015

Alasan makan makanan sehat (a little bit oversimplification)

Ini adalah penyederhanaan proses dalam tubuh, untuk mendukung ide tentang pentingnya memakan makanan yang sehat.  Bahkan mungkin terlalu disederhanakan (over simplification) :)

Dalam kondisi normal, tubuh kita secara rutin menjalankan proses regenerasi. Sel-sel dalam tubuh pada waktu tertentu akan dihancurkan, dikeluarkan dari tubuh, dan penggantinya sudah disiapkan untuk menggantikan sel yang sudah rusak tersebut. Ini adalah proses normal, karena setiap komponen tubuh ada umurnya.

Ketika kita tinggal di tempat yang bersih dengan udara yang bersih dan memakan makanan bersih, maka tubuh kita bisa berkonsentrasi penuh melakukan tugasnya, membangun komponen baru, dan membongkar serta membuang komponen yang sudah tidak dipakai lagi. Semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kita secara optimal terpakai untuk proses-proses itu.

Situasinya berubah ketika kita tinggal di tempat yang banyak polutan, misalnya udara tidak bersih, air yang kita minum tidak bersih, makanan yang kita makan tidak bersih. Saat itu tubuh kita bekerja lebih keras. Karena selain melakukan tugas rutinnya, yaitu membongkar dan membangun, tubuh kita melakukan proses untuk menyingkirkan zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh kita. Saat itu tubuh kita butuh lebih banyak nutrisi. Kalau asupan nutrisi tidak bertambah, maka proses normal membongkar dan membangun akan terkompromikan dengan proses menyingkirkan zat asing yang merusak tubuh. Proses normal membongkar dan membangun tidak lagi berjalan optimal. Ini akan berkontribusi pada munculnya penyakit, karena proses perbaikan sistem dalam tubuh terganggu, sehingga proses dalam tubuh secara umum akan terganggu juga.


Situasinya akan lebih buruk lagi kalau kita secara sengaja memasukkan zat yang berbahaya ke dalam tubuh kita, misalnya makan makanan yang merusak. Saat itu tubuh kita bekerja lebih keras lagi, yaitu membongkar komponen yang rusak dan membangun komponen pengganti, dan pada saat yang sama berusaha mengeluarkan zat-zat asing yang berbahaya dari dalam tubuh, serta berusaha memperbaiki kerusakan lain yang disebabkan oleh zat yang sengaja kita masukkan dalam tubuh kita.

Semua proses tersebut belum tentu berjalan lancar. Bila kerusakan akibat zat perusak berjalan lebih cepat atau terjadi lebih banyak daripada kapasitas tubuh kita dalam memperbaiki atau mengeluarkannya, maka saat itu zat dari luar yang berpotensi merusak tubuh akan terus berada dalam tubuh dan tubuh kita akan rusak sedikit demi sedikit, sampai akhirnya muncul tanda-tanda dan gejala penyakit.

Kita selalu punya pilihan untuk memilih makanan terbaik yang bisa kita peroleh pada suatu waktu. Memilih makan dengan nutrisi yang kita butuhkan benar-benar penting. Makanan sehat pun nggak harus mahal, yang penting, pastikan bahwa itu bersih dan memiliki kandungan nutrisi yang kita perlukan. Atau setidaknya, seandainya tetap sulit memperoleh makanan yang benar2 bersih, setidaknya kalau kita bisa menghindari memasukkan zat yang berpotensi merusak tubuh, tubuh kita mestinya bisa lebih sehat dari sebelumnya, atau mungkin laju perusakannya bisa diperlambat.

Created : (lupa)
First revision: Paseban, 12 Juni 2017

Rabu, 23 September 2015

On Smile (Tentang senyuman...)

Our smile can make other people smile, even sometimes there are people who force a smile when they see us smile even though we did not ask him to smile ....Isn't it interesting..?

Just as interesting when meet someone with sluggish face, or a bit daunting, and then they turn to look much different, much more attractive, when they smile.

And even more interesting when we realize that our smile, when it makes other people smile, can aid people radiate his positive aura, which he might never realizes.

Is the meaning of smile as great as that?

A Qigong master once said that a smile can enhance the chi. A smile can boost our energy.

We also (at least most of us) believe a smile as a devotion.I have the belief that when everyday we see many people smile, things will be differentand if you wish to exaggerate, the world will be differentDo you believe it..As if we could change the world just by smiling.  

I can not deny that a smile is a good thingBut to smile is not always easyespecially when we are having negative emotion such as anger, disappointmentfear or anxiety. What do we do then..? 

Approximately during the first year of college I started to see smile differently. Roughly around 1999, I attended a sort of spiritual program. As if there was something set free from me, at the end of the program it felt like that it was easier to smile. I started to see things a little bit more optimistically. That the world seemed to be a little bit brighter. At that time I learned that our smile is influenced by our level happiness.

Since that time I smiled more often. Maybe because at that time I felt happier than I was before. But still there were moments when it was easier to smile and also times when it was harder to smile. When it is hard to smile, when we already feel that smile is a good thing, sometimes we tend to impose a smile. We do not really want to smile or not really able to smile, but we force it. And slowly we began to fall in the habit of giving an empty smile, which is only a mechanical movement of the lips.

At those kind of moments, I feel my smile is not sincere, and finally ... felt useless, empty. What does it mean to smile if it is forced. What does it mean to smile if it is only a change in the appearance of the skin on the face. What does it mean if it does not come from our heart that will never touch other peoples heart. A smile with no heart involved.  


When i began to realize it, I began to stop forcing a smile, and then I started, again, to smile less frequently. But not because i could not smile, but more because when I do not want or am not able to smile, I chose not to smile.

At that time I tried to be the way i was. Let the face represent what i really feel. Smile when i want to and when i can, and no need to smile when i do not want to and when i can not. If therefore I do not look friendly, it's up to them. That simple. 

Until finally I began to see that our smile actually also reflects the way we see our neighbor, the way we see who they are and what they are to us, and what we, conciously or unconciously, expect from them. 

What's on our mind about other people, will influence how easy it is to smile to that person. When they look fun, we will be much easier to smile on them. When it look like that they have the potential to benefit us, we will be much easier to smile on them. When they remind us of beautiful things, the fun or funny things, we will be much easier to smile on them.

And vice versa. When they look unpleasant, it would be very difficult to smile at them. When they look like having the potential to harm us, it will be much harder to smile on them. When someone reminds us of the bad things, hurtful things, the creepy things, we will be more difficult to smile at him. Then what are we going to do with it...?

Our ability to smile at people who look unpleasant seem to indicate the extent to which we are able to accept our own weaknesses. The ability to smile to those who potentially harm us, seems to reflects our ability to accept that everything we have today can be taken from us at any time. Our ability to smile at people who reminds us of the negative things, seems to reflects our ability to accept whatever life has to offer to us.

Our smile reflects our ability to accept ourselves. The smiles also reflect how well we see the world. Our smile also reflects how we see life. And to express it in a more conclusive way, our smile reflects the extent to which we accept His will.

I started to understand that giving a smile actually means giving love. The love that enables us to accept ourselves, the love that enables us to be set free from what we think belong to us, the love that enables us to be open to what life has to offer. 

The more love we have, the more smile we could give. How much we can smile, is determined by how much love there is in us. And how much love there is in us, is determined by how much we are willing to receive love.

When it is hard to smile for any reason, we need more love in us in order to keep smiling.

Paseban, 23 September 2015


===============================================================


Senyuman kita bisa membuat orang lain tersenyum, bahkan kadang ada orang yang memaksakan senyum ketika melihat kita tersenyum. Padahal kita ngga minta dia tersenyum...Menarik ya...?

Sama menariknya saat bertemu orang dengan wajah lesu atau berkerut atau sedikit menakutkan, kemudian tampak jauh berbeda, jauh lebih menarik, ketika tersenyum.

Dan jauh lebih menarik lagi ketika menyadari bahwa senyum kita, ketika membuat orang lain ikut tersenyum, dapat membantu orang itu memancarkan aura positifnya, yang mungkin terkadang tidak dia sadari dimilikinya.

Sebesar itukah makna senyum?


Seorang Master ChiKung pernah mengatakan bahwa senyum dapat meningkatkan chi. Senyum dapat meningkatkan energi kita.

Kita pun (setidaknya sebagian besar dari kita) meyakini senyum sebagai ibadah. Dan saya percaya, bila setiap hari kita melihat banyak orang tersenyum, banyak hal akan terasa berbeda, dan kalau mau lebay, dunia akan terasa berbeda. Percaya nggak..? Seakan-akan kita bisa mengubah sekitar kita hanya dengan senyuman.

Saya tidak bisa menyangkal bahwa senyum adalah sesuatu yang baik. Tetapi, tersenyum itu tidak selalu mudah, terutama bila kita sedang mengalami emosi negatif seperti marah, kecewa, takut, khawatir. Lalu bagaimana..?

Kira-kira sewaktu SMA, saya mulai melihat senyum secara berbeda. Kira-kira pada tahun pertama kuliah, sekitar tahun 1999, saya mengikuti semacam acara rohani. Seperti ada yang terlepas dari diri saya, di akhir acara itu sepertinya saya menjadi lebih mudah tersenyum. Saat itu saya sepertinya mulai menyadari bahwa senyum kita mencerminkan kadar kebahagiaan kita.

Sejak saat itu saya lebih banyak tersenyum. Mungkin karena saat itu saya merasakan kebahagiaan lebih dari biasanya. Tetapi tetap ada saat di mana tersenyum terasa mudah dan ada saat di mana tersenyum terasa lebih sulit dari biasanya sehingga kita kemudian tanpa sadar mulai memaksakan senyuman, dan mulai terjerumus pada kebiasaan memberikan senyum yang kosong, yang hanya berupa pergerakan mekanis bibir saja.

Pada saat itu, saya merasa senyuman-senyuman saya tidak tulus, dan akhirnya ... terasa tidak berguna. Apa artinya tersenyum kalau terpaksa. Apa artinya tersenyum kalau itu hanya berupa perubahan penampakan kulit di wajah. Apa artinya senyum kalau tidak menyentuh hati...tanpa rasa..

Ketika mulai menyadari itu, saya mulai berhenti memaksakan senyum, dan kemudian saya kembali jarang tersenyum. Tetapi bukan karena tidak bisa tersenyum, tetapi lebih karena ketika saya sedang tidak ingin atau sedang tidak bisa tersenyum, saya memilih untuk tidak tersenyum.

Saat itu saya mencoba untuk apa adanya. Tersenyum ketika ingin dan bisa, dan tidak perlu tersenyum ketika tidak ingin dan tidak bisa. Kalau karenanya saya jadi terlihat tidak ramah, terserah. Sederhana.

Sampai akhirnya saya kemudian mulai melihat bahwa senyuman kita juga sebenarnya mencerminkan cara kita memandang sesama kita.

Apa yang ada di pikiran kita tentang orang lain akan memengaruhi semudah apa kita tersenyum kepada orang itu. Ketika orang itu tampak menyenangkan, kita akan lebih mudah tersenyum kepadanya. Ketika orang itu tampak punya potensi memberikan keuntungan bagi kita, kita akan lebih mudah tersenyum kepadanya. Ketika orang itu mengingatkan kita pada hal-hal indah, pada hal-hal menyenangkan, pada hal-hal lucu, kita akan lebih mudah tersenyum kepadanya.

Demikian pula sebaliknya. Ketika orang itu tampak tidak menyenangkan, akan sangat sulit tersenyum kepadanya. Ketika orang itu tampak berpotensi merugikan kita, kita akan sulit tersenyum kepadanya. Ketika seseorang mengingatkan kita pada hal-hal buruk, hal-hal menyakitkan, pada hal-hal menyeramkan, kita akan lebih sulit tersenyum kepadanya. Lalu bagaimana ...?

Kemampuan kita untuk tersenyum kepada orang yang tampak tidak menyenangkan sepertinya menunjukkan sejauh mana kita mampu menerima kelemahan kita sendiri. Ada yang bilang kemampuan kita untuk menerima kekurangan orang lain, sangat dipengaruhi kemampuan kita menerima kekurangan diri sendiri. Semakin sulit kita menerima kekurangan diri sendiri, semakin sulit pula kita menerima kekurangan orang lain.

Kemampuan untuk tersenyum kepada orang yang tampak berpotensi merugikan kita, mencerminkan kemampuan kita untuk menerima bahwa segala yang kita miliki saat ini dapat lepas dari kita kapan pun. Terasa aneh ya? Seakan-akan, kemampuan senyum itu tergantung cara pandang kita pada segala hal yang kita miliki. Apakah kita memegangnya begitu erat, begitu takut bahwa tanpanya kita akan menderita, atau, apakah kita melihatnya sebagai sesuatu yang hanya mampir pada diri kita dan dapat pergi kapan saja.

Kemampuan kita untuk tersenyum pada orang-orang yang mengingatkan kita pada hal-hal negatif mencerminkan kemampuan kita dalam menerima apa pun yang ditawarkan kehidupan kepada kita.

Senyuman kita mencerminkan kemampuan kita dalam menerima diri kita sendiri. Senyuman kita juga mencerminkan sebaik apa kita memandang dunia. Senyuman kita juga mencerminkan bagaimana kita memandang hidup dan kehidupan. Dan lebih sederhananya, dapat dikatakan bahwa senyuman kita mencerminkan sejauh mana kita dapat menerima kehendak-Nya.

Kemudian, saya mulai menyadari bahwa memberikan senyuman sebenarnya berarti memberikan cinta. Cinta yang memampukan kita menerima diri kita apa adanya, cinta yang memampukan kita terbebas dari hal-hal yang kita pikir adalah miliki kita, dan cinta yang membuat kita berani terbuka menerima apa yang ditawarkan oleh kehidupan pada kita.
 
Semakin banyak cinta yang kita miliki, semakin banyak senyum yang bisa kita berikan. Sebanyak apa kita bisa tersenyum, ditentukan oleh sebanyak apa cinta yang ada dalam diri kita. Dan sebanyak apa cinta yang ada dalam diri kita, ditentukan oleh sebanyak apa kita bersedia menerima cinta.

Ketika tersenyum terasa sulit karena apa pun, kita butuh lebih banyak cinta agar bisa tetap tersenyum.

Paseban, 23 September 2015
Revisi pertama: 12 Juni 2017

Selasa, 08 September 2015

DIFFERENT PLACES DIFFERENT NAMES .....

Beberapa tempat yang pernah saya kunjungi mengajarkan saya sedikit lebih banyak tentang kita, tentang apa yang kita cari, apa yang kita rindukan, apa yang bisa menyentuh kita, apa yang bisa memotivasi kita. Dan menariknya, tampaknya semua itu tidak banyak berbeda, di mana pun kita berada, dengan siapapun kita bertemu.

OSAKA 2010

Shinkansen seri 500

Salah satu kereta tercepat di dunia, dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam dan dengan catatan keterlambatan rata-rata kurang dari 60 detik.




Osaka Castle

Dibangun pertama kali oleh Toyotomi Hideyoshi salah satu pemersatu Jepang yang hidup di sekitar abad 16




Istana tersebut dikelilingi oleh parit lebar dan dalam, sebagai salah satu cara melindungi istana dari serangan musuh di masa itu.



Sakura, juga dikenal dengan nama Cherry Blossom, dikenal sebagai salah satu bunga nasional Jepang. Di Jepang, bunga ini melambangkan awan, karena sifatnya yang mekar secara massal, dan juga dijadikan lambang kefanaan kehidupan karena keindahannya yang hanya berlangsung singkat.







BANGKOK 2013



River of Chao Prya.

Pemandangan malam hari dari salah satu sungai besar di Thailand. Sungai ini menjadi salah satu jalur transportasi penting di Thailand sekaligus menjadi daya tarik bagi wisatawan (dan wisatawati... ada ga ya...?)








Churning of The Milk Ocean, Suvarnabhumi
Airport

Patung ini disebut Churning of the Milk Ocean. Salah satu landmark bandara Suvarnabhumi di kota Bangkok. Dibagian tengahnya berdiri Narayana (Vishnu) di puncak Mount Madura. Di salah satu sisi terdapat 9 dewa dan 9 iblis, yang semuanya menarik raja Nagas dari kedua arah berlawanan. Diyakini sebagai tempat dimana nektar keabadian berada, sehingga patung ini menjadi simbol keabadian dan stabilitas. (text adapted from http://suvarnabhumiairport.com)





Assumption Cathedral

Dikenal sebagai pusat katolisisme di Thailand, gereja ini dibangun pada tahun 1900an.









Holy Rosary Church
Juga dikenal dengan nama Kalawar Church, lebih tua lagi dibandingkan gereja di atas, dibangun pada tahun 1700an.







BEIJING 2014

Gate of The Heavenly Peace

Dikenal dengan nama Tiananmen, salah satu jalan masuk menuju The Forbidden City. Didepannya terpampang foto Mao Zedong dan tulisan di kanan kiri foto yang terjamahannya kurang lebih berbunyi Long Live the People's Republic of China dan Long Live the Great Unity of the World's Peoples.  






LOURDES 2014

God comes to tell us that he loves us, - this is the heart of the Message of Lourdes, and he loves us as we are with all our successes but also with all our wounds, our weaknesses and our limitations (http://en.lourdes-france.org/deepen/message-lourdes).








































SONGDO CITY, INCHEON 2012, 2014

Dikenal juga dengan nama Songdo International City, kota ini mulai dibangun di daratan hasil reklamasi pada tahun 1994 dan ditargetkan selesai pada tahun 2020. Kota ini ditetapkan sebagai pusat bisnis internasional, area teknologi berbasis pengetahuan dan tempat tinggal yang eco-friendly. (https://en.wikipedia.org/wiki/Incheon).


Kesembilan gambar di bawah ini diambil di Michuhol Park, Song do. Suatu taman yang melambangkan perpaduan antara yang tradisional dan yang modern.































Gua Maria di salah satu gereja yang berada satu komplek dengan Incheon Catholic University.




CAPE TOWN, SOUTH AFRICA 2011

Salah satu destinasi utama di Afrika Selatan maupun di Benua Afrika. Menarik karena iklimnya yang menyenangkan, kondisi alam dan infrastruktur yang dikembangkan dengan baik. Kota ini juga dikenal dari 2 landmarknya yaitu Table Mountain yang termasuk dalam 7 Wonders of Nature tahun 2012 dan Cape Point, yang menawarkan pemandangan yang menarik karena posisinya yang menjorok ke laut.






Cape of Good Hope. Tempat ini disebut dalam film science fiction berjudul '2012' sebagai salah satu tempat yang tidak terkena efek negatif dari bencana geologi yang mengubah wajah permukaan bumi.











Saya lupa ambil gambar ini dari posisi mana...



Salah satu stadion sepak bola yang digunakan pada perhelatan piala dunia pada tahun 2010 di Afrika Selatan.




SAN JUAN, PUERTO RICO 2014

Fort San Felipe del Morro atau Morro Castle, salah satu benteng dari abad 16 yang dibangun untuk menghormati Raja Philip II dari Spanyol. Ngambil fotonya terlalu jauh dari bentengnya, tapi....lumayan lah ya...?